Header Ads

Warren Buffet Jual Seluruh Sahamnya di GE : Belajar dari Guru



Pengalaman adalah guru yang terbaik. Ya, penggalan kalimat tesebut menjadi senjata ampuh bagi saya untuk terus belajar, belajar dan belajar. Belajar, memahami dan menerapkan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan di dalam kehidupan kita.

Singkat cerita saya menemukan sebuah berita di portal berita terkenal, Merdeka.com, bahwa Warren Buffet jual seluruh sahamnya di GE. Pertanda apa?

Well, saya langsung klik dan membaca artikel tersebut. Saya lansuung sadar dan terbuka mata saya bahwa, perusahaan yang sudah eksis sampai beratusan tahunpun akan mengalami masa terburuknya, seperti yang di alami oleh General Electric ( GE ). Sampai seorang panutan investor fundamental dunia yang juga orang terkaya di dunia ini harus menjual SELURUH sahamnya di GE. Pada krisis tahun 2008, Warren Buffet memboyong saham GE senilai USD 3 miliar atau Rp 40,1 triliun. Nilai yang sangat fantastis bagi kita Mahasiswa Investor. Namun apa yang terjadi saat ini?
Harga saham GE selama tahun 2017 sudah ambruk dalam hingga 20%. Apakah keputusan WB tepat?

Saya memiliki beberapa pandangan yang juga menjadi bahan pembelajaran saya kedepannya.

1. Saya selalu percaya bahwa perusahaan yang sudah berumur ratusan tahun pasti akan tahan terhadap segala goncangan. Namun di berita tersebut, kondisi perusahan terkenal di dunia yang sudah berusia 125 tahun saja sedang dalam kondisi yang cukup buruk. Andaikan GE akhirnya bangkrut, maka fakta bahwa perusahaan yang berusia mapan ratusan tahun tidak menjamin akan bertahan lagi untuk seterusnya.

2. Saya mendapat pelajaran dari kisah GE tersebut. Dimana ketika GE selalu memberikan dividen yang besar bagi pemegang sahamnya, kini 3 tahun belakangan dia hanya membagi 9% saja sahamnya ke investor. Sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Pelajaran apa yang saya dapatkan? Ketika perusahaan yang biasanya konsisten membagi dividen yang besar dan kemudian beberapa tahun belakangan menurun, maka sebaiknya tinggalkan perusahaan tersebut.

3. Awalnya mungkin dari setiap pribadi kita menganalisis fundamental perusahaan, manajemen perusahaan bahkan kita menilai prospek jangka panjang perusahaan. Tapi sekali lagi yang saya pelajari bahwa setiap rupiah yang kita investasikan seharusnya bermanfaat juga untuk kita. Kepentingan para investor. Kita jangan memFRAME otak kita pada sebuah emiten " KESAYANGAN "dan tidak akan menjual sahamnya bahkan sampai mati. Bagi saya ini pelajaran juga buat saya yang berpikiran seperti itu. Tetapi dalam perjalanan saya belajar dan pengalaman itulah yang seharusnya menjadi pegangan. Walaupun perusahaanya sebagus apapun, kita tetap secara rutin mengupdate informasi perusahaan secara detail. Baik laporan keuangannya, manajemennya, rencana kerjanya, sehingga kita tidak hanya menjadi investor yang naruh terus tidur, tetapi jadi investor yang bijaksana, mengawasi jalannya usaha.

4. Orang sekelas WB saja berani mengambil keputusan, sekalipun keputusan tersebut membuatnya rugi. Namun dalam berita tersebut beliau untung. Maksud saya, CUT LOSS perlu dilakukan jika kinerja perusahaan sudah tidak sesuai yang kita harapkan dan realisasikan saja walaupun hanya mendapat gai yang sediki.


Beberapa pembelajaran baru tersebut membuat kita untuk terus belajar dan belajar. Sekali lagi, Pengalaman Adalah Guru Yang Terbaik


Sumber :

No comments