Home
/
Catatan Kampus Investor
/
Kuliah Tamu
/
Timothy JPP
/
ICR atau DER Yang Lebih Baik Sebagai Acuan?
ICR atau DER Yang Lebih Baik Sebagai Acuan?
Sebagai Investor pada umumnya, di dalam mempelajari laporan keuangan perusahaan maka rasio-rasio sangat penting dijadikan sebagai acuan untuk mengambil keputusan. Ada begitu banyak rasio yang memang menjadi "pusat" perhatian investor, antara lain ROA, ROE, DAR, DER, PER, PBV dan masih banyak lagi. Salah satu analisis rasio yang sangat krusial adalah DER atau yang biasa kita kenal dengan Debt to Equity Ratio. DER menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan di dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya dengan jaminan sejumlah ekuitas. Semakin besar nilai DER, maka dikatakan semakin sehat sebuah perusahaan. Tapi, tahukah Anda, menurut Timothy JPP bahwa DER bukanlah sebuah patokan. Menurut dia, ICR atau Interest Coverage Ratio lebih baik digunakan sebagai patokan dalam menilai kemampuan kesehatan perusahaan dibandingkan DER.
DER ini bisa menjebak, ICR menurut saya lebih realistis. Utang kan harus dibayar juga bunganya. ICR yang bagus minimal 4x. Kalau ICR hanya 1,5 kali artinya laba usaha 150 Milyar buat bayar bunga 100 Milyar. Orang awam saja mungkin tahu kalau ini seram. Laba tinggal 50M, gedean bayar bunga daripada laba bersih. Makanya indikator utang bagi saya ICR masih lebih canggih daripada DER. Utang gak di balance sheet diam-diam aja, utang pasti ada bunga itu yang menggerogoti laba rugi. Ini yang sering orang lupa. - Timothy Padang
Uraian penjelasan diatas mungkin bisa menjadi sedikit masukan bagi para value investor untuk memahami konsep hutang. Karena bagaimanapun hutang memiliki bunga, maka tentu bunganya itu perlu diperhatikan agar laba perusahaan dari tahun ke tahun tidak tergerus akibat pembayaran kewajiban tersebut.
Post a Comment